Media digital dan media online di Indonesia sudah berkembang dengan pesat. Setiap peristiwa yang negatif dalam sebuah Instansi dapat mudah tersebar secara luas dan cepat. Penanganan krisis di Sekolah memiliki urgensi yang sangat penting, khususnya SMKN 1 Gunung Putri menghadapi keadaan krisis dimana salah satu siswanya mengalami kecelakaan pada saat praktikum di Laboratorium. Pemberitaan mengenai kecelakaan praktikum ini akan terus melekat pada SMKN 1 Gunung Putri karena jejak digital pemberitaan media tidak dapat terhapuskan. Namun kejadian ini tidak berdampak pada jumlah pendaftar siswa baru pada tahun ajar 2024/2025. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis apa tindakan komunikasi dan manajemen komunikasi krisis yang dilakukan SMKN 1 Gunung Putri pada kecelakaan praktikum di Laboratorium? Penelitian ini menggunakan teori Komunikasi Krisis Situasional (SCCT: Situational Crisis Communication Theory) dari W. Timothy Coombs dan Penanganan komunikasi krisis dari Rulli Nasrullah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah SMKN 1 Gunung Putri, dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini memiliki hasil terdapat 2 (dua) strategi respon komunikasi krisis dari Coombs (2007) yang dilakukan oleh Sekolah yaitu Rebuild yang berupa permohonan maaf dan pemberian kompensasi, dan Reinforcing yaitu mengingatkan public akan hal-hal positif. Serta 4 (empat) penanganan komunikasi krisis yaitu Regret berupa permohonan maaf, Responsibility berupa tanggung jawab penuh terhadap pengobatan dan masa depan korban, Reform berupa surat kesepakatan bersama antara Sekolah dan orang tua korban, dan yang terakhir Restitution berupa materi, perhatian, dukungan moril serta pencarian tangan palsu untuk korban.

Kata Kunci: Komunikasi Krisis, Komunikasi Krisis Situasional, SMKN 1 Gunung Putri, Media Sosial, Instagram