Gambaran Resiliensi Ibu Dewasa Muda yang Memiliki Anak dengan Tuna Ganda
Tujuan dari penelitian yang diberi judul Gambaran Resiliensi Ibu Muda Yang Memiliki Anak dengan Disabilitas Ganda adalah untuk mengetahui gambaran resiliensi ibu muda yang memiliki anak dengan tuna ganda. Menurut Reivich dan Shatte (2002) resiliensi merupakan kemampuan individu untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap peristiwa atau masalah berat yang terjadi dalam kehidupan. Hal ini sebagai perwujudan dari kualitas diri seseorang untuk dapat bangkit dan berkembang dari keterpurukan yang dialami. Berdasarkan Undang-undang (UU) Nomor 8 Tahun 2016, anak dengan disabilitas ganda adalah anak yang memiliki dua atau lebih jenis disabilitas dan disabilitas tersebut dapat berupa disabilitas fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik, misalnya: disabilitas sensorik dan disabilitas fisik, seperti rungu dan disabilitas daksa/ fisik. Bagi sebuah keluarga anak merupakan karunia yang diberikan tuhan kepada sepasang suami dan istri dalam sebuah keluarga yang berlandaskan kasih sayang, cinta, dan ikatan emosional yang terjalin. Pasangan suami dan istri memiliki harapan dalam membangun sebuah rumah tangga dan tentunya mengharapkan keturunan anak yang terlahir sehat dan memiliki tumbuh kembang yang sempurna. Karunia dan kehadiran anak yang terlahir memiliki kondisi kesehatan dan tumbuh kembang yang terhambat tentunya menjadikan sebuah keluarga khususnya pasangan suami dan istri memiliki kekhawatiran tinggi terhadap kelangsungan kehidupan dan masa depan bagi sang anak. Hal tersebut tentunya sangat penting bagi pasangan suami dan istri memiliki kemampuan resiliensi terutama bagi ibu yang selalu membersamai tumbuh kembang serta kesehatan anaknya. Awal subjek mengetahui bahwa anak yang dilahirkan memiliki hambatan dalam tumbuh kenbang dan masalah kesehatan tentunya merasa sedih dan bingung bagaimana anaknya bisa memiliki kemampuan dan tumbuh kembang seperti anak-anak lain pada umumnya, serta subjek juga memikirkan bagaimana kehidupan anaknya kelak diusia dewasa apakah dapat hidup mandiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian kualitatif dengan mengkaji secara naratif. Subjek penelitian merupakan seorang Ibu yang memiliki seorang anak laki-laki usia 8 tahun yang memiliki kondisi disabilitas ganda, ibu saat ini berusia 33 tahun dengan inisial DR. Peneliti melakukan pengumpulan data melalui wawancara dan observasi kepada satu orang subjek dan tiga orang informan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa dari tujuh faktor resiliensi bahwa terdapat lima faktor yang dominan antara lain optimisme, empati, analisis kausal, efikasi diri dan peningkatan aspek positif, sedangkan ada dua faktor yang tidak terlalu dominan yaitu regulasi emosi dan impuls kontrol. Namun meski pada dua faktor subjek tidak terlalu dominan dalam mengimplementasikan tetapi subjek masih memiliki kemampuan regulasi emosi dan impuls kontrol dalam kondisi yang baik. Subjek memahami harus dengan cara apa meregulasi emosi ketika sedang menghadapi masalah serta mampu dalam mengkontrol keinginan dengan cara yang baik dan tidak merugikan banyak pihak maupun dirinya dalam menyelesaikan
masalah.
Kata Kunci : Resiliensi, anak dengan disabilitas ganda.
Daftar Pustaka: 38 (2002 - 2024)
masalah.
Kata Kunci : Resiliensi, anak dengan disabilitas ganda.
Daftar Pustaka: 38 (2002 - 2024)
Dwi Yanti - Personal Name
121107102 - Dwi Yanti
SKRIPSI PSI
Skripsi PPS
Indonesia
Universitas Paramadina
2025
Jakarta
229 hlm
LOADING LIST...
LOADING LIST...