Dalam perkembangannya, tasawuf dan sastra menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kemunculan genre sastra sufi dan sufistik merupakan bentuk perpaduan antara tasawuf dan sastra. Sastra dipilih sebagai salah satu media penyampaian pengalaman spiritual dan keagamaan, yang dituangkan dalam bentuk puisi, cerita novel, dongeng, dan lain-lain. Perbedaan sastra sufi dan sastra sufistik hanya terletak pada subjek penciptanya, yaitu seseorang sufi atau seseseorang. yang mendalami tasawuf dan bukan sufi. Namun keduanya juga memiliki kesamaan, yaitu menyampaikan nilai-nilai ketuhanan dan spiritual. Sastra sufistik tidak hanya dihasilkan oleh umat Islam, ada juga sastra sufistik yang diciptakan oleh non-Muslim. Hal ini terjadi karena sifat tasawuf yaitu tasawuf sering dikaitkan dengan ajaran lain, seperti Buddha dan Wedanta, Neo-Platonisme, dan Asketisme Kristen mempunyai banyak kemiripan dengan ajaran tasawuf. Seperti halnya Eka Budianta, sebagai penulis, Eka Budianta kerap menuangkan pengalaman spiritualnya dalam puisi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap: Apa saja nilai-nilai tasawuf yang terkandung dalam puisi-puisi Eka Budianta? Apa saja aspek tasawuf yang terkandung dalam puisi-puisi Eka Budianta? Apa saja ciri-ciri tasawuf yang terkandung dalam puisi-puisi Eka Budianta? Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis melalui pendekatan filosofis, dan penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan sebagai teknik pengumpulan datanya. Antologi puisi Eka Budianta Sungai Sejati Surabaya Zaman Omnicron memuat lima puluh enam puisi, dua belas diantaranya mengandung aspek tasawuf, yaitu taubat, Wara', Zuhud, Faqr, Sabr, Mahabbah, Tawakal, Ridha, Muraqabah, Raja' dan Syawq. Selain itu, ciri-ciri tasawuf yang terkandung dalam puisi-puisi Eka Budianta mempunyai ciri-ciri tasawuf moral dan filosofis.

Kata Kunci : Tasawuf, Sastra Sufistik, Puisi, Eka Budianta