Di era Internet saat ini, media massa tradisional harus berubah untuk bertahan hidup. Sebagian melakukan konvergensi, yang lain berubah sepenuhnya menjadi media dengan platform atau medium digital. Munculnya media sosial, yang menyedot kepemirsaan dari berbagai media lain, juga membuat media tradisional seperti televisi, radio dan media cetak semakin terdesak. Berubah atau mati, itu pilihannya. Tesis ini akan membahas remediasi yang terjadi saat media televisi berusaha bergeser ke media sosial, untuk mempertahankan terpaannya pada khalayak pemirsa. Fokus utama yang dibahas dalam tesis ini adalah perubahan pada bentuk tampilan layar, dari format horizontal (landscape) menjadi vertikal (portrait). Contoh kasusnya adalah CNN Indonesia TV, yang mulai menggunakan Tiktok sebagai medium siarannya. Lingkup pembahasan dalam tesis ini dibatasi dalam koridor komunikasi politik, terutama jurnalistik dan komunikasi persuasif. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dan deskriptif, dengan mempelajari tayangan berita CNN Indonesia di Tiktok, dan membandingkannya dengan berita serupa di media televisinya. Teori remediasi paling cocok menggambarkan perubahan format medium tersebut, sementara untuk membahas komunikasi persuasif digunakan model elaboration likelihood model. Dari hasil penelitian, bisa disimpulkan berubahnya format layar menjadi vertikal di Tiktok, memunculkan kembali peranan medium yang sebelumnya nyaris tenggelam di media televisi, seperti; teks dan retorika. Layar vertikal juga memberikan kesempatan lebih besar menggunakan daya tarik heuristik saat melakukan persuasi. Popularitas layar vertikal telah membawa perubahan dalam bidang komunikasi persuasif dan jurnalistik.

Kata Kunci : Video Vertikal, Komunikasi Politik, Jurnalisme, remediasi, Tiktok.