Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran disregulasi emosi pada perempuan dewasa awal dengan pengalaman kekerasan psikis di dalam pernikahan melalui proses perjodohan. Disregulasi emosi adalah tidak adanya kemampuan seperti kesadaran dan pemahaman emosi, penerimaan emosi, pengendalian perilaku impulsif, serta kemampuan untuk terlibat dalam perilaku yang diarahkan pada tujuan, dan akses terhadap strategi regulasi emosi yang efektif yang menunjukkan kesulitan dalam regulasi emosi. Subjek pada penelitian ini adalah perempuan berusia 25 tahun yang menikah melalui proses perjodohan dan mengalami kekerasan psikis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif model studi kasus, dengan teknik pemilihan subjek dengan purposive sampling, pengumpulan data menggunakan wawancara semi-terstruktur dengan satu subjek dan tiga informan. Hasil menunjukkan bahwa kekerasan psikis dari suami, kakak ipar, dan mertua berupa menuduh, memfitnah, membentak, berkata kasar, merendahkan, mempermalukan, dan menyindir, menyebabkan subjek mengalami disregulasi emosi yang digambarkan dengan tidak memperhatikan emosi, menyakiti diri, mengancam bunuh diri, tidak bisa fokus dan berkonsentrasi dengan aktivitas di rumah, bingung dengan emosi takut yang dirasakan, merasa bersalah dan tidak bisa menerima keadaannya, sulit mengontrol perilaku impulsif, seperti melempar barang-barang saat marah, dan merasa gemetar, sesak, hingga meremas tangan seseorang ketika merasa takut. Faktor-faktor yang mempengaruhi disregulasi emosi pada subjek antara lain pernikahan yang tidak diinginkan (perjodohan), perbedaan budaya, dan juga pola asuh permisif dari orangtua.

Kata Kunci : disregulasi emosi, kekerasan psikis, perempuan dewasa awal