Pemurnian Paham Mahabbah dalam Tasawuf: Suatu Kajian Atas Pemikiran Ibnu Qayyim Al Jauziyyah (w. 751 H)
Gerakan pemurnian tasawuf memiliki sejarah panjang dalam peradaban Islam. Pemurniannya ditujukan terhadap konsep teoritis dan praktis yang berkembang di dalam tasawuf. Kemudian disesuaikan dengan sumber ajaran Islam, yaitu Al-Qur'an dan Hadits Nabi. Mahabbah adalah salah satu bagian terpenting dari tasawuf, yang mendapatkan banyak perhatian dari beberapa tokoh intelektual Islam, termasuk Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Mahabbah terkadang diartikan sebagai kedudukan (maqamat) tertinggi para sufi. Kadang juga diartikan sebagai puncak keadaan (ahwal) bagi mereka, dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bagi Ibnu Qayyim, mahabbah adalah puncak pencapaian dari tujuan beribadah dan sumber wujudnya segala sesuatu di alam semesta. Menurutnya, penciptaan segala sesuatu adalah karena kehendak sang pencipta. Dan munculnya kehendak didasarkan pada adanya cinta. Karena kehendak baginya adalah keinginan pada apa yang dia cintai, atau sekedar untuk mempertahankan keberadaannya. Oleh karenanya, mahabbah memiliki posisi penting dalam tasawuf Ibnu Qayyim. Untuk itu perlu menjaga nilai-nilai penting yang terkandung dalam paham mahabbah dari penyelewengan. Bahkan, ia tidak segan-segan mengkritik pelaku penyimpangan atas dasar mahabbah. Secara teoritis, Ibnu Qayyim tidak hanya mengkritik istilah-istilah dan ajaran beberapa Sufi yang dianggapnya menyimpang. Ia juga memberikan rumusan baru sebagai bentuk keinginannya untuk menampilkan ajaran mahabbah, dan tasawuf pada umumnya, sesuai dengan sumber ajaran Islam. Dan sesuai dengan kondisi umat Islam di setiap zaman. Dalam penelitian ini, penulis mengungkapkan beberapa paham mahabbah yang dianggap menyimpang oleh Ibnu Qayyim dan usahanya dalam merumuskan kembali dengan bentuk baru. Seperti syirik dalam mahabbah, Wali Allah x Wali Setan dan berfokus pada cinta saja, membenci keadaan khauf dan raja' dalam beribadah. Dalam rekonstruksinya, Ibnu Qayyim memberikan tips untuk menghindari syirik dalam mahabbah, dengan memurnikan tauhid. Kemudian beliau memberikan 3 barometer yang dapat digunakan untuk mengukur kewalian seseorang, yaitu Shalat, Al-Quran dan Sunah, serta dakwahnya terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya. Ibnu Qayyim juga menjadikan 3 pilar dalam beribadah, khauf, raja' dan mahabbah sebagai satu kesatuan. Seorang kekasih baginya pasti memiliki rasa takut pada kekasihnya dan harapan untuk selalu bersamanya. Ibnu Qayyim, memiliki cara yang berbeda dalam berbicara cinta. Menggabungkan semua ilmu sesuai dengan akidah, syariah dan sumber ajaran Islam lainnya. Hal tersebut merupakan ciri utama dari keinginan Ibnu Qayyim untuk mengintegrasikan seluruh keilmuan Islam, sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi SAW. Cinta kepada Allah membutuhkan bukti dengan mengikuti Nabi SAW, yang diutus ke dunia sebagai rahmat bagi seluruh alam. Sehingga seorang yang mencintai Allah, juga mampu mewujudkan cinta kasih dan ketulusan dalam menjalani kehidupannya di dunia.
Kata kunci: mahabbah, tasawuf, pemurnian tasawuf, pemurnian mahabbah.
Kata kunci: mahabbah, tasawuf, pemurnian tasawuf, pemurnian mahabbah.
Miftahul Khairi - Personal Name
222141002 - Miftahul Khairi
Tesis PMA
Indonesia
Universitas Paramadina
2024
Jakarta
LOADING LIST...
LOADING LIST...