Perang Dagang dan Semikonduktor (Chip) antara Amerika Serikat (AS) dan China pada Periode 2018-2023
Penelitian ini menjelaskan tentang perang dagang dan persaingan teknologi semikonduktor antara Amerika Serikat (AS) dan China selama periode 2018-2023. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan verifikasi melalui perbandingan beberapa data sekunder atau hasil dokumentasi. Penelitian ini akan menggunakan teori neorealisme yaitu secara spesifik realisme ofensif, kebijakan politik luar negeri, dan kepentingan nasional. Proses terjadinya konflik dimulai karena AS menganggap praktik perdagangan bilateral dengan China tidak adil, dengan tuduhan seperti defisit perdagangan, transfer teknologi paksa, serta pencurian kekayaan intelektual. Perselisihan ini memicu penerapan tarif impor tinggi oleh AS terhadap barang-barang
China, yang kemudian dibalas oleh China. Ketegangan ini meluas ke sektor teknologi, terutama semikonduktor, di mana AS menerapkan sanksi dan pembatasan terhadap perusahaan-perusahaan teknologi China seperti ZTE, Huawei, dan Jinhua. China, yang telah lama menjadi pembeli besar semikonduktor, berusaha mencapai swasembada teknologi melalui inisiatif seperti "Made in China 2025" dan "China Standard 2035." Namun, AS memandang langkah ini sebagai ancaman terhadap dominasi teknologi globalnya, sehingga menerapkan berbagai kebijakan untuk mengekang perkembangan teknologi China. Perang dagang ini memiliki dampak luas, termasuk penurunan volume perdagangan antara AS dan China dan ketidakstabilan ekonomi. Selain itu, ketegangan geopolitik yang meningkat antara AS dan China turut memengaruhi stabilitas ekonomi global dan memicu peningkatan investasi di sektor semikonduktor oleh negara-negara lain untuk mengurangi ketergantungan pada pemasok luar. Konflik ini tidak hanya mempengaruhi industri semikonduktor global, tetapi juga membawa implikasi signifikan terhadap hubungan internasional dan keseimbangan kekuatan global di masa depan.
Kata Kunci: Perang Dagang, AS- China, Semikonduktor, Volume Perdagangan
China, yang kemudian dibalas oleh China. Ketegangan ini meluas ke sektor teknologi, terutama semikonduktor, di mana AS menerapkan sanksi dan pembatasan terhadap perusahaan-perusahaan teknologi China seperti ZTE, Huawei, dan Jinhua. China, yang telah lama menjadi pembeli besar semikonduktor, berusaha mencapai swasembada teknologi melalui inisiatif seperti "Made in China 2025" dan "China Standard 2035." Namun, AS memandang langkah ini sebagai ancaman terhadap dominasi teknologi globalnya, sehingga menerapkan berbagai kebijakan untuk mengekang perkembangan teknologi China. Perang dagang ini memiliki dampak luas, termasuk penurunan volume perdagangan antara AS dan China dan ketidakstabilan ekonomi. Selain itu, ketegangan geopolitik yang meningkat antara AS dan China turut memengaruhi stabilitas ekonomi global dan memicu peningkatan investasi di sektor semikonduktor oleh negara-negara lain untuk mengurangi ketergantungan pada pemasok luar. Konflik ini tidak hanya mempengaruhi industri semikonduktor global, tetapi juga membawa implikasi signifikan terhadap hubungan internasional dan keseimbangan kekuatan global di masa depan.
Kata Kunci: Perang Dagang, AS- China, Semikonduktor, Volume Perdagangan
Rachel Nathanael Arimatea - Personal Name
222131028 - Rachel Nathanael Arimatea
Tesis PMH
Indonesia
Universitas Paramadina
2024
Jakarta
LOADING LIST...
LOADING LIST...