Penelitian ini disusun untuk mengetahui batasan yang ada pada implementasi diplomasi olahraga dalam upaya rekonsiliasi yang diimplementasikan oleh Korea Selatan pada era kepemimpinan Presiden Moon Jae-In pada periode 2018. Ketika Presiden Moon Jae-In resmi menjadi Presiden Korea Selatan pada 2017, Presiden Moon kemudian berkomitmen untuk membentuk rekonsiliasi dan membangun hubungan yang berkelanjutan dengan Korea Utara. Melalui diplomasi olahraga dengan memanfaatkan momentum Olimpiade Pyeongchang 2018, Presiden Moon berhasil menarik Korea Utara untuk membuka hubungan diplomatik dan menurunkan intensitas ketegangan di semenanjung Korea. Selama periode Olimpiade berlangsung, hubungan kedua negara sangat kondusif hingga berhasil membentuk sebuah perjanjian yang mengarah pada perdamaian permanen. Namun, perjanjian tersebut tidak bertahan lama atau hanya sementara yang pada akhirnya perjanjian yang mengarah pada perdamaian permanen ini tenggelam dan hilang. Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data melalui metode library research. Untuk membantu penulis menganalisis dalam penelitian ini, penulis menggunakan paradigma liberalisme interdependen dan dibantu oleh teori diplomasi publik serta dua konsep lainnya yakni diplomasi olahraga, dan batasan diplomasi olahraga. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya batasan dalam implementasi diplomasi olahraga untuk membentuk rekonsiliasi atau perdamaian yang berkelanjutan. Perdamaian yang dibentuk melalui olahraga hanya bersifat temporal dan tidak permanen, setelah Olimpiade selesai kedua Korea kembali menunjukkan intensitas persaingan ketat atau permusuhan.

Kata Kunci : Olimpiade Pyeongchang 2018, Batasan Diplomasi Olahraga, Korea Selatan, Korea Utara, Presiden Moon Jae-In.