Penelitian ini meneliti tentang upaya Amnesty International dan Human Rights Watch sebagai aktor non-negara yang merupakan Non-Governmental Organization (NGO) untuk melindungi pekerja migran di sektor konstruksi dalam persiapan Piala Dunia 2022 di Qatar. Sejak 2010, FIFA telah memberikan Qatar hak sebagai tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia 2022. Untuk mewujudkan ambisinya sebagai tuan rumah Piala Dunia, Qatar mendatangkan ribuan pekerja migran untuk membangun berbagai fasilitas yang dibutuhkan. Namun, dalam persiapannya menyambut Piala Dunia, terdapat laporan pelanggaran hak asasi manusia terhadap para pekerja migran di sektor konstruksi yang mengarah pada isu perbudakan modern. Hal tersebut memicu perhatian masyarakat internasional, khususnya organisasi penggiat hak asasi manusia seperti Amnesty International dan Human Rights Watch. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif dan deskriptif analitik dengan pengumpulan data sekunder sebagai metode penelitian. Penelitian ini disusun dengan menggunakan paradigma konstruktivisme, konsep aktor non-negara dalam hubungan internasional, konsep jaringan advokasi transnasional, dan konsep pola bumerang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Amnesty International dan Human Rights Watch sebagai norm entrepreneur dan norm promotor berhasil mempengaruhi masyarakat internasional untuk mengkritik tindakan Qatar atas pelanggaran hak asasi manusia. Dengan memanfaatkan strategi jaringan advokasi transnasional, Amnesty International dan Human Rights Watch berhasil menekan pemerintah Qatar untuk melakukan perubahan Undang-Undang ketenagakerjaannya dan melindungi pekerja migran.

Kata Kunci: Amnesty International, Human Rights Watch, Qatar, FIFA, Piala Dunia 2022, Jaringan Advokasi Transnasional