Penelitian ini bertujuan untuk memahami lokalisasi norma internasional yang dalam hal ini United Nations sebagai Organisasi Internasional yang mempromosikan norma Lifelong learning melalui platform Sustainable Development Goals (SDGs) yang fokus untuk mencapai target persamaan kesempatan dan akses pendidikan tinggi serta Lifelong learning bagi semua individu termasuk pendidikan orang dewasa di dalam SDG4. Indonesia adalah salah satu dari 193 negara yang telah meratifikasi SDGs dan melalui proses lokalisasi norma Lifelong learning. Berdasarkan paradigma konstruktivisme, penjelasan mengenai proses lokalisasi norma transnasional yang dijelaskan oleh Acharya (2004), bahwa proses tersebut dapat menjadi tiga bentuk output yaitu resistensi atau penolakan, lokalisasi, dan pergeseran dari norma internasional tersebut karena penyesuain terhadap nilai yang telah ada di masyarakat lokal. Temuan dalam penelitian ini adalah alur dari norma dan kebijakan Lifelong learning yang dikonstruksikan oleh aktor lokal di Indonesia dalam bentuk kebijakan dan implementasinya di tingkat pemerintahan pusat, kota, maupun daerah, baik secara langsung maupun yang tidak langsung. Implementasi secara langsung oleh pemerintah antara lain; pertama adalah lokalisasi secara institusional melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional-Bappenas yang berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dan Kementerian Agama. Kedua adalah implementasi program inklusif kartu prakerja, Bali Manifesto 2023 yang dipromosikan di dalam International Lifelong Learning Conference (ILLC) oleh UNESCO. Ketiga adalah penghargaan UNESCO Learning City Award yang diperoleh oleh Surabaya sebagai perwujudan komitmen dalam mempromosikan dan mengimplementasikan Lifelong learning.

Kata kunci: Lifelong learning, SDG4, konstruktivisme, lokalisasi norma, pendidikan orang dewasa, pendidkan tinggi, Indonesia