Penelitian ini bertujuan untuk memahami Kerja Sama Pertahanan Indonesia dan Korea Selatan periode 2018-2022. Kebijakan Minimum Essential Force (MEF) menggunakan perspektif Forward Looking Negotiation menargetkan Indonesia mencapai Minimum Essential Force (MEF) tahap ketiga pada 2019-2024. Namun, terdapat anggaran pertahanan yang kecil dan pemenuhan Peralatan Utama Sistem Senjata TNI Angkatan Laut (alutsista) pada tahun 2019 masih mencapai 67,57%, dan diperkirakan MEF baru akan mencapai 85% pada tahun 2024. Hal ini dikarenakan alutsista Indonesia sudah tua sehingga harus dilakukan pembelian baru. Di sisi lain, adanya kebijakan Amerika Serikat terkait larangan pembelian alutsista dari Rusia (CAATSA) membuat Indonesia sebagai aktor rasional berupaya memaksimalkan pemenuhan MEF dengan melakukan kerja sama di bidang pertahanan dengan Korea Selatan. Penelitian ini berupaya memahami hubungan bilateral Indonesia dan Korea Selatan mulai dari proses terbentuknya kemitraan strategis hingga diratifikasinya kerja sama pertahanan melalui Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2018. Dengan menggunakan kerangka kerja analitis Vidya Nadkarni untuk memahami kemitraan strategis, penelitian ini menemukan bahwa Indonesia melakukan kerja sama pertahanan melalui skema transfer teknologi dalam pembuatan kapal selam kelas Chang Bogo, salah satunya yaitu KRI Alugoro (405). Hasil studi kasus tentang kemitraan strategis Indonesia dan Korea Selatan ini menunjukkan bahwa kerja sama pertahanan dapat dilakukan karena Korea Selatan telah berhasil memaksimalkan kekuatan militernya secara mandiri dan sebagai pemain baru dalam industri pertahanan di Asia Timur. Korea Selatan telah terbukti mampu menjual kapal selam dan mentransfer teknologi ke Indonesia. Namun, dengan adanya kemitraan strategis dan kerja sama pertahanan ini hanya dapat mengisi sedikit kebutuhan alutsista di matra laut.

Kata kunci: Kemitraan Strategis, Indonesia, Korea Selatan, Kerjasama Pertahanan, MEF