Komunikasi populis menjadi sebuah gaya dan startegi politik untuk menyampaikan gagasan atau pesan dari aktor populis seorang pemimpin kepada rakyat atau pendukungnya. Seperti yang digagas oleh Engesser, ada lima elemen komunikasi populis yang berpotensi menyebabkan polarisasi politik yaitu menekankan pada kedaulatan rakyat, mendukung kebijakan rakyat, menentang para elite, mengucilkan kelompok lain, dan mengingatkan sesuatu pada peristiwa masa lampau. Dalam penelitian ini, Sembilan pidato bakal calon presiden di Pilpres 2024 yaitu Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan dianalisis menggunakan semiotik dari Saussure dengan menggunakan pemaknaan dari petanda (signifier) dan penanda (signified). Berdasarkan analisis semiotik dan merujuk pada lima elemen komunikasi populis Engesser, hasilnya, ketiga bacapres tersebut menggunakan komunikasi populis yang menekankan pada kedaulatan rakyat demi menarik simpati agar pendukung dan rakyat memberikan suara di Pilpres 2024. Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto tidak menentang elite pemerintah ataupun mengkritik pemerintahan Presiden Jokowi. Keduanya berkomitmen melanjutkan program kerja Presiden Jokowi. Ganjar dan Prabowo tidak menjelek-jelekkan rival bacapres lainnya atau kelompok pendukung. Keduanya menyerukan toleransi, persatuan untuk meredam potensi polarisasi politik di Pilpres 2024. Namun, Prabowo menyinggung kelompok lain yang menudingnya berkhianat seperti PKS dan PA 212. Ganjar Pranowo menyinggung kelompok yang menentang pembangunan IKN Nusantara. Sedangkan, Anies Baswedan membawa konsep perubahan, mengkritik pemerintahan Presiden Jokowi, menuding adanya intervensi politik cawe-cawe, mengucilkan dan menjelek-jelekkan rival bacapres lain serta menyerukan agar para pendukungnya tidak takut dan melawan pendukung kelompok lain.

Kata kunci: komunikasi populis, pilpres 2024, polarisasi politik, semiotik, bacapres