Perempuan memiliki peran penting dalam mewakili dan mengartikulasikan kepentingan perempuan dalam berbagai aspek. Namun, jika melihat perempuan dalam sistem pemerintahan monarki sebenarnya mempunyai peran dalam komunikasi politik dan diplomasi namun tidak banyak dibahas oleh berbagai kalangan karena terdapat kesan bahwa perempuan dalam keraton Jawa merupakan konco wingking. Keraton Yogyakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang menerapkan sistem pemerintahan monarki. Penolakan sultan perempuan karena sepuluh sultan sebelumnya adalah laki-laki, namun persepsi itu bisa berubah. Kesempatan bagi perempuan untuk menjadi pemimpin di masa lalu lebih sedikit dibanding masa sekarang. Melalui komunikasi yang dibangun oleh perempuan, mereka mengambil posisi atau jabatan yang strategis karena perjuangannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi GKR dalam kontribusi politik perempuan di Keraton Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian ini menyimpulkan melalui kajian teori interaksional simbolik Pikiran (Mind), Diri (Self) and Masyarakat (Society) bahwa peran perempuan di keraton Yogyakarta sebagai simbol dan teladan bagi perempuan di luar keraton yang menginspirasi dan memberikan dorongan kepada perempuan lain untuk terlibat dalam politik serta memperjuangkan hak-hak mereka melalui kampanye sosial untuk menyampaikan pesan maupun memobilisasi dukungan untuk isu-isu sosial yang penting seperti hak asasi manusia, lingkungan, kesetaraan gender, atau masalah sosial lainnya. Selanjutnya, dalam hal srategi komunikasi GKR Mangkubumi diarahkan pada memperkuat peran perempuan baik di masyarakat maupun politik di Keraton Yogyakarta dan mendukung kontribusi mereka dalam mempengaruhi kebijakan dan dinamika politik di keraton serta di masyarakat yang lebih luas. Strategi komunikasi yang digunakan oleh GKR Mangkubumi yakni partisipasi dalam pertemuan dan diskusi, komunikasi antaranggota keluarga keraton, hubungan dengan media, pendidikan dan advokasi, kegiatan budaya menggunakan kegiatan budaya, bekerja dengan lembaga pemerintahan, networking. Sedangkan strategi Komunikasi Politik yang digunakan oleh Strategi Komunikasi Politik GKR Mangkubumi tidak berfokus untuk menggunakan media mainstream namun melalui word of mounth. Word-of-mouth atau teknik berdasarkan komuniksi dari mulut ke mulut sebagai strategi yang dirasa masih efektif.

Kata Kunci : Perempua, Komunikasi Politik, Peran Perempuan, Interaksional Simbolik, Strategi Komunikasi