Advanced Search

  • SEARCHING...
  • SEARCHING...

Detail Record


XML

Kekerasan Negara Orde Baru dalam Teks Laut Bercerita

Penghilangan paksa aktivis mahasiswa prodemokrasi pada 1998 termasuk kekerasan negara di masa Orde Baru yang belum tuntas terungkap hingga kini. Hanya sembilan aktivis yang diculik dan kemudian dikembalikan dan 13 aktivis masih hilang. Penculikan sebagian aktivis dilakukan Komando Pasukan Khusus pimpinan Letnan Jenderal Prabowo Subianto tapi sebagian lagi belum terungkap pelaku dan motifnya. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia memasukkan kasus ke dalam jenis pelanggaran hak asasi manusia berat masa lalu.

Kekerasan negara menjadi salah satu topik yang menarik banyak peneliti bersamaan dengan masih terjadinya kekerasan itu di berbagai negara dan bahkan di negara demokrasi maju sekalipun. Peneliti mengkaji hakikat kekerasan negara dan mengapa hal itu dapat masih terjadi di dunia kontemporer. Studi itu kemudian bahkan berkembang ke arah terorisme yang disokong negara.

Penelitian ini bertujuan untuk memetakan bagaimana kekerasan negara terjadi di masa Orde Baru dengan menyoroti wacana kekerasan negara yang tergambarkan dalam kasus penculikan aktivis dalam novel sejarah Laut Bercerita karya Leila S. Chudori. Peneliti menggali bagaimana kekerasan itu bisa terjadi dan bagaimana negara meligitimasi tindakannya yang sebenarnya melanggar hukum dan hak asasi manusia itu.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan analisa wacana kritis Teun van Dijk. Penelitian dilakukan dengan membedah teks Laut Bercerita untuk memetakan berbagai wacana yang terkandung di dalamnya. Peneliti menggunakan semiotika sosial M. A. K. Halliday sebagai alat bantu untuk memformulasi dimensi teksnya. Peneliti juga melakukan wawancara mendalam dengan pengarang dan studi pustaka untuk memetakan kognisi sosial dan konteks sosial-politiknya.

Penelitian ini menemukan bahwa kekerasan negara terjadi sebagai respons atas gerakan mahasiswa yang mendelegitimasi paradigma rezim Orde Baru yang bertumpu pada narasi antikomunisme, pembangunan, dan kewaspadaan militer terhadap berbagai ancaman terhadap rezim. Gerakan mahasiswa itu telah membongkar berbagai narasi rezim yang berusaha manipulasi kesadaran publik. Kekerasan itu juga menjadi tindakan terorisme yang disokong negara untuk mempengaruhi sikap politik masyarakat luas yang bertujuan untuk menjaga stabilitas politik dan mempertahankan kekuasaan rezim.

Penghilangan paksa aktivis sebagai kekerasan adalah bentuk komunikasi politik rezim Orde Baru terhadap para aktivis lain atau oposisi dan masyarakat luas. Dia adalah pesan simbolik negara agar kelompok oposisi tidak melawan negara dan pesan bagi masyarakat luas untuk tidak mencoba-coba mengganggu “stabilitas” sosial-politik dan pembangunan. Namun, kekerasan semacam itu bertentangan dengan politik yang beradab dan demokrasi. Kekerasan negara juga kehilangan legitimasi dan akan membuat komunikasi politik macet karena tindakan itu mengabaikan transparansi dan partisipasi publik, yang menjadi basis dari legitimasi kekuasaan politik negara.




Kata Kunci: wacana kekerasan negara, orde baru, gerakan mahasiswa, penghilangan paksa
Bibliografi: 215, 1962-2022
Kurniawan - Personal Name
218122009 - Kurniawan
Tesis PMK
Indonesia
Universitas Paramadina
2022
Jakarta
LOADING LIST...
LOADING LIST...