Pada Januari - Februari 2020, Provinsi DKI Jakarta dilanda banjir yang cukup besar. Curah hujan ekstrem yang terjadi di Jakarta menyebabkan banyak wilayah di DKI Jakarta yang terendam banjir. Karena bencana banjir ini, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Pemprov DKI Jakarta menghadapi banyak kritik dari masyarakat karena dianggap tidak mampu mengatasi dan menanggulangi banjir. Kritik ini telah menimbulkan krisis bagi Anies Baswedan dan jajaran Pemprov DKI Jakarta. Menggunakan paradigma penelitian konstruktivisme dan metode kualitatif deskriptif sertaSituational Crisis Communication Theory (SCCT) Timothy W Coombs sebagai pisau analisis, penelitian ini ingin menjawab bagaimana strategi komunikasi krisis Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan baik pada tahap pra-krisis, krisis dan paskakrisis Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Gubernur DKI Jakarta dan Pemprov DKI Jakarta memilih menggunakan strategi komunikasi dalam bentuk justification, apology, reminder, ingratiation dan concern dalam menghadapi krisis. Sebaliknya Anies Baswedan mengindari strategi denial dalam pilihan strategi komunikasi krisisnya.

Kata Kunci: Krisis, Komunikasi Krisis, Situational Crisis Communication Theory (SCCT), Anies Baswedan