Pada momen pemilihan umum, independensi media dan objektivitas pemberitaannya kerap dipertanyakan. Dalam pemilihan presiden 2014 dan 2019, majalah Tempo pun menghadapi tantangan yang tidak mudah. Tempo harus menegakkan independensi dan objektivitas ketika dua kandidat presiden yang bersaing menuntut media ini untuk berpihak. Penelitian ini meminjam teori "Hierarki Pengaruh" dari Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi dinamika ruang redaksi Tempo. Menggunakan metode analisis wacana kritis Norman Fairclough, peneliti menelaah teks 11 laporan utama majalah Tempo, proses produksi teks, serta konteks sosio-kultural yang melingkupinya. Penelitian ini menemukan pergulatan dalam penentuan kebijakan redaksi sejak tahap perencanaan, proses peliputan, hingga evaluasi atas laporan tentang pemilihan presiden yang diterbitkan. Pada pemilihan 2014, meski tidak langsung mendukung Joko Widodo, Tempo menolak tegas Prabowo Subianto. Adapun pada pemilihan 2019, sikap Tempo terhadap Prabowo tidak berubah, tapi majalah ini lebih kritis terhadap Jokowi. Namun demikian, Tempo hanya menunjukkan posisi politiknya itu melalui tulisan opini redaksinya. Sedangkan pemberitaan Tempo mempertahankan objektivitas dengan menyajikan fakta yang terverifikasi serta ruang yang berimbang bagi kedua kandidat. Nilai, budaya organisasi, dan mekanisme kerja di Tempo yang telah mapan menjadi kunci utama dalam mempertahankan independensi serta objektivitas di tengah tarik-menarik kepentingan politik dan ekonomi.

Kata Kunci : Demokrasi, pemilihan umum, independensi media, objektivitas media, analisis wacana kritis.
Daftar Pustaka : 81 (1972-2019)