ndonesia saat ini mengalami peningkatan jumlah pengguna smartphone yang diikuti oleh peningkatan jumlah pengguna Internet, hal ini menyebabkan perubahan proses bisnis dan perilaku belanja masyarakat. Transaksi jual beli yang semula dilakukan secara fisik di toko, kini beralih ke toko online. Situs jual beli onlinemenjadi semakin banyak dan digemari karena memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhanya. Namun demikian, hal ini juga memunculkan celah bagi pihak tertentu untuk melakukan tindak kecurangan atau fraud. Bukalapak adalah salah satu situs jual beli onlineyang ada di Indonesia yang mengalami hal tersebut. Situs jual beli onlineini mengadakan promo Voucheruntuk menarik Pengguna baru. Namun dari sekian banyak Pengguna yang menggunakan vouchertersebut, terdapat pihak-pihak yang mencoba melakukan kecurangan untuk mendapatkan keuntungan voucherdari Bukalapak. Tim Anti fraudyang bertugas menangani dan mencegah adanya transaksi fraud, melakukan proses Design Thinkinguntuk menemukan solusi gunameminimalisir transaksi fraudvoucherdi Bukalapak. Perusahaan menerapkan proses Design thinkingyang meliputi: Empathize, Define, Ideate, Prototype, Testdan Implementation. Selain itu, dilakukan juga Collaboratives Designantara tim Anti frauddengan divisi lain di Bukalapak guna menemukan alternatif solusi dari berbagai pihak. Metode ini berhasil mengurai permasalahan dan merumuskan solusi berupa perlunya dibuat sebuah dashboardkhusus untuk melakukan penyaringan data transaksi fraudyang dinamakan dengan DashboardFraudTransaction suspect. Solusi ini berhasil menurunkan GMV fraudselama tiga bulan penerapanya.

Kata Kunci: Fraud, Fraudvoucher, Dashboard fraud Transaction suspect, Bukalapak, Design Thinking