Abstrak

Skripsi ini Menjelaskan Dunia sufi begitu kaya dengan ajaran ketuhanan, keindahan dan moral. Banyak kaum sufi menggunakan media puisi -baik secara sengaja ataupun tidak- untuk menyampaikan ajaran dan ujarannya sebagai latar belakang lahirnya sastra sufi. Ajaran kesufian yang bersumber dari al-Qur’an dan hadist serta ujaran kesufian yang lahir dari pengalaman mistisnya. Para penyair membaca dan mendalami karya sastra (kaum) sufi kemudian menulis puisi-puisi yang bercorak kesufian, demikianlah lahirnya istilah sastra sufistik. Perbedaan mendasar antara sastra sufi dan sastra sufistik hanya terletak pada subjek yang melahirkan, yakni seorang sufi atau ‘sufi penyair’ dan bukan sufi atau ‘penyair sufi’. Akan tetapi keduanya juga mempunyai kesamaan yang mendasar, yaitu sama-sama menyampaikan nilai-nilai ketuhanan dan pencarian sebagai salah satu genre sastra Islam. Sastra sufistik ternyata tidak hanya dihasilkan oleh orang Islam sendiri, tapi juga oleh orang non Islam yang tertarik pada Islam dan khazanah kesufiannya, seperti halnya Goethe. Goethe merupakan tokoh terbesar Jerman yang karya-karyanya -khususnya puisi- memiliki aspek sufistik yang kuat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap; Apa saja aspek sufistik dalam puisi-puisi Goethe? Bagaimana analisis aspek sufistik Goethe terkait dengan diskursus sastra sufi? Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan corak library research, deskriptif, historis, dan analitis. Buku puisi Goethe West-Oestlicher Divan (Diwan Barat Timur, 1819) sebagian besar menampilkan puisi-puisi yang bercorak kesufian. Aspek sufistiknya bisa kita lihat melalui tiga jalur utama; al-Qur'an, Nabi Muhammad SAW dan Hafiz. Selain itu, aspek sufistik puisipuisi Goethe juga bisa kita temukan pada simbol-simbol yang digunakan sebagaimana banyak kita jumpai dalam karya sastra (kaum) sufi, seperti anggur, burung, cahaya dan lainnya.

Keyword: Sufisme, Sastra Sufi, Sastra Sufistik, Tasawuf, Puisi, Goethe