Advanced Search

  • SEARCHING...
  • SEARCHING...

Detail Record


XML

Humanisme Religius: Studi Pemikiran Nurcholish Madjid (1939-2005 M.)

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep humanisme religius Nurcholish Madjid (1939 – 2005 M). Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan filosofis. Sedangkan pengumpulan data didasarkan pada data primer dan data sekunder. Adapun data primernya adalah buku berjudul; Islam Agama Kemanusiaan, karya dari Nurcholish Madjid, (Jakarta: Paramadina, 2003), Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah telaah kritis tentang masalah keimanan, kemanusiaan dan kemodernan, (Jakarta: Paramadina, 1992), dan beberapa karya lainnya yang berkaitan dengan tema. Sementara analisis data dengan metode deskriptif dengan tehnik analisis isi (content analysis).

Hasil penelitian menunjukan bahwa, humanisme pada mulanya berkembang dalam tradisi Yunani kuno yang menganggap bahwa, filsafat humanisme mempunyai beberapa pandangan hidup yang berpusat pada kebutuhan dan ketertarikan manusia. Humanisme sebagai paradigma pemikiran yang memperjuangkan dihormatinya manusia dengan harkat dan martabatnya serta penempatan manusia sebagai sentral perjuangan pembudayaan dan peradaban, dalam sejarah pemikiran harus diletakan dalam evolusi pemikiran. Artinya, humanisme merupakan tahap dimulainya paradigma pusat manusia setelah beranjak dalam tahap evolusi kosmosentris. Setelah itu penghayatan hidup dan paradigma pikirannya dengan memusatkan diri pada Ilahi atau teosentris pada abad pertengahan. Ketika kesadaran budi manusia semakin menyadari posisi sentralnya di pusat jagad raya ini, maka ditemukan kembali dirinya yang mampu merangkum pengalaman dan kreatif menemukan ilmu dan teknologi. Inilah tahap antroposentris yaitu sebuah paradigma ilmu yang menitik-tolakkan pemikiran, pengembangan ilmu dan peradaban pada manusia sebagai pusatnya.

Berkenaan dengan pandangan kemanusiaan ini, Nurcholish Madjid menyambut wacana Foucault, yang menyarankan agar kita menganalisa kembali akar-akar konseptual humanisme (arkeologi sejarah). Dengan titik tolak kemanusiaan universal, terlepas dari konsep-konsep dan permasalahannya, Nurcholish berpendapat bahwa manusia sebelum diketahui persamaan dan perbedaanya tetaplah disebut manusia, yakni pasti ada titik universalitasnya. Segi kemanusiaan yang universal itu adalah segi kemanusiaan yang perennial, yakni dalam diri manusia pasti ada potensi kebaikan dan pencerahan, potensi tersebut akan selalu ada dan abadi. Konsep ini kemudian disebut sebagai konsep kemanusiaan yang suci (fithri) yang mempunyai kecendrungan terhadap kebaikan dan kebenaran (hanif) dan inilah yang perennial.

Untuk membangun konsep-konsepnya, Nurchlish Madjid mencoba kembali kepada teks-teks keagamaan (Al-Qur’an dan as-sunnah), serta mencoba menggagas ulang ide-ide keislaman yang selama ini telah ada, dan yang demikian itu adalah konsep humanisme religius.
Pahri - Personal Name
205000328 - Pahri
SKRIPSI FA
Skripsi PFA
Indonesia
Universitas Paramadina
2010
Jakarta
LOADING LIST...
LOADING LIST...