Buku ASEAN Connectivity in Indonesian Context: a Preliminary Study on Geopolitics of Hydropower and Maritime Transport” merupakan hasil studi lapangan yang telah dilaksanakan oleh Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia-Pasifik dan Afrika (P3K2 Aspasaf), BPPK-Kementerian Luar Negeri, sejak Desember 2010 hingga Juli 2011. Studi lapangan ini dimulai di Greater Mekong Sub-region (GMS), Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) dan Brunei-Indonesia-Malaysia-Filipina-East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA). Tim P3K2 Aspasaf juga melakukan pemantauan konektivitas di wilayah Pasifik, pedalaman Papua, serta pulau-pulau yang membentang dari Bali ke Dili.

Selain untuk menjadi bahan pertimbangan awal bagi para pengambil keputusan, buku ini juga bertujuan untuk mendorong diskursus yang lebih luas mengenai konektivitas di Wilayah ASEAN-Kepulauan, khususnya di Filipina dan Kawasan Timur Indonesia, mengingat Kawasan Timur Indonesia merupakan mata rantai yang lemah dalam konektivitas maritim ASEAN.
Lebih jauh lagi, studi BPPK ini juga mempelajari kausalitas antara konektivitas maritim, ketersediaan energy mix yang kompetitif, pengembangan industri, serta manajemen sumber alam. Pada kasus ASEAN-Kepulauan, terutama di kawasan Borneo Utara (Sarawak dan Sabah) dan Pulau New Guinea, salah satu bentuk energi terbarukan, terjangkau, dan berlimpah adalah tenaga air (hydropower).

Belajar dari kesuksesan GMS dan Tiongkok, tenaga air memiliki peluang untuk menjadi energi terbarukan bagi ASEAN di masa depan. Oleh karena itu, saatnya bagi ASEAN mengembangkan platform bersama dalam kebijakan energi terbarukan yang kompetitif melalui pengembangan hydropower yang berkelanjutan. Tim BPPK bahkan menemukan bahwa perdagangan energi lintas batas dan ASEAN Power Grid akan sangat berkontribusi terhadap peningkatan industrialisasi berbagai daerah di seluruh ASEAN-Kepulauan, termasuk di 6 Koridor Ekonomi Indonesia yang dipayungi oleh program MP3EI.