Reproduksi Identitas Pengungsi Rohingya Pada Konstruki Kebijakan Repatriasi Pengungsi Rohingya Oleh Bangladesh dan Myanmar tahun 2017-2019
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana resistensi identitas yang dilakukan pengungsi Rohingya pada kebijakan Repatriasi Pengungsi Rohingya antar Myanmar dan Bangladesh pada tahun 2017. Penelitian ini dimulai dengan melacak ulang konstruksi sang ‘subyek’ yaitu Myanmar dari jaman awal kemerdekaan, hingga kebijakan repatriasi 1978, sampai Myanmar kontemporer yang ditandai dengan jatuhnya pemerintahan Junta dan digantikan oleh pemerintah quasi demokratis. Pelacakan ulang ini digunakan untuk memahami bagaimana identitas pengungsi Rohingya turut terbentuk pada setiap fase pembentukan sang subyek, terlebih pada kebijakan repatriasi pertama yang di mana artikulasi identitas pengungsi untuk pertama kali tersematkan. Lewat pelacakan ulang juga, pembentukan sang subyek ini turut menunjukkan bagaimana kestabilan artikulasi identitas pengungsi dapat distabilkan karena adanya pola diskriminasi struktural. Setelah mendapatkan kestabilan artikulasi identitas, penelitian ini dilanjutkan dengan bagaimana dan sejauh mana pengungsi Rohingya melawan artikulasi identitas yang disematkan olehnya dari era kebijakan repatriasi pertama sampai dengan kebijakan repatriasi 2017. Dengan menggunakan paradigma pasca-strukturalisme, serta analisis diskursus pasca strukturalisme Lene Hansen dan subyek politik Julia Kristeva, penelitian ini mencoba untuk menganalisis secara genealogis diskursus yang muncul yang juga merefleksikan adanya keterkaitan antara diri masa lalu (semiotik) Myanmar dan Pengungsi Rohingya yang saling membentuk diri simbolik satu sama lain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perubahan artikulasi identitas dari Pemerintah Myanmar kepada Pengungsi Rohingya di sepanjang episode-episode kebijakan repatriasi 1978 sampai 2017, sehingga kebijakan repatriasi hanya ditujukan untuk mengakomodasi kecaman-kecaman internasional, bukan untuk menjawab permasalahan pengungsi. Hasil lain juga menunjukkan bahwa adanya perubahan pola resistensi dari pengungsi Rohingya berupa diplomasi, pemberontakan dan negosiasi politik sampai kenangan dan ekspresi seni yang hanya mungkin dilakukan seturut dengan menguatnya
kerentanan pengungsi Rohingya dalam sejarah repatriasi.
Kata kunci: Kebijakan repatriasi, subyek politik, identitas, resistensi, stabilisasidestabilisasi, pengungsi Rohingya, genealogi
kerentanan pengungsi Rohingya dalam sejarah repatriasi.
Kata kunci: Kebijakan repatriasi, subyek politik, identitas, resistensi, stabilisasidestabilisasi, pengungsi Rohingya, genealogi
Johnson Montana Mangapul - Personal Name
115105044 - Johnson Montana Mangapul
Skripsi HI
Indonesia
Universitas Paramadina
2022
Jakarta
LOADING LIST...
LOADING LIST...