Arus Cina-Islam-Jawa: Bongkar Sejarah atas Peranan Tionghoa dalam Penyebaran Agama Islam di Nusantara Abad XV & XVI
BUKU ini mengupas mengenai sejarah peranan Tionghoa dalam penyebaran agama Islam. Eksistensi China-Muslim pada awal perkembangan Islam di Jawa tidak hanya ditunjukkan oleh kesaksian-kesaksian para pengelana asing, sumber-sumber China, teks lokal Jawa maupun tradisi lisan saja. Melainkan juga dibuktikan dengan berbagai peninggalan purbakala Islam di Jawa.
Adanya Pengaruh China yang cukup kuat, menimbulkan dugaan bahwa pada bentangan abad ke-15 sampai 16 telah terjalin apa yang disebut Sino-Javanese Muslim Culture. Ukiran padas di menara Masjid Pecinan Banten, Masjid kuno Mantingan, Jepara, konstruksi pintu makam Sunan Giri di Gresik, konstruksi Masjid Sekayu di Semarang dan sebagainya, semuanya menunjukkan pengaruh budaya China yang cukup kuat. Bukti lain dapat ditambah dari dua bangunan masjid yang berdiri megah di Jakarta, yakni Masjid Kali Angke yang dihubungkan dengan Gouw Tjay dan Masjid Kebun Jeruk yang didirikan oleh Tamien Dosol Seeng dan Nyonya Cai.
Sumanto mendapati bahwa pada nama tokoh yang menjadi agen sejarah, ternyata telah terjadi pengadaptasian dari nama China ke nama Jawa. Nama Bong Ping Nang misalnya, kemudian terkenal dengan nama Bonang. Raden Patah yang punya julukan pangeran Jin Bun, dalam bahasa Cina berarti “yang gagah”. Raden Sahid (nama lain Sunan Kalijaga) berasal dari kata “Sa-It” (Sa = 3, dan It = 1; maksudnya 31) sebagai peringatan waktu kelahirannya di masa ayahnya berusia 31 tahun.
Buku ini mencoba memotret lebih jauh peranan yang dimainkan etnis China-Muslim dalam proses Islamisasi Jawa pada bentangan abad XV dan XVI. Buku ini menganalisis dan mengungkap sisi sejarah masa itu dan diharapkan dapat melunturkan persepsi sentimen serta rasa antiChina di dalam masyarakat Indonesia yang sudah lama tertanam.
Adanya Pengaruh China yang cukup kuat, menimbulkan dugaan bahwa pada bentangan abad ke-15 sampai 16 telah terjalin apa yang disebut Sino-Javanese Muslim Culture. Ukiran padas di menara Masjid Pecinan Banten, Masjid kuno Mantingan, Jepara, konstruksi pintu makam Sunan Giri di Gresik, konstruksi Masjid Sekayu di Semarang dan sebagainya, semuanya menunjukkan pengaruh budaya China yang cukup kuat. Bukti lain dapat ditambah dari dua bangunan masjid yang berdiri megah di Jakarta, yakni Masjid Kali Angke yang dihubungkan dengan Gouw Tjay dan Masjid Kebun Jeruk yang didirikan oleh Tamien Dosol Seeng dan Nyonya Cai.
Sumanto mendapati bahwa pada nama tokoh yang menjadi agen sejarah, ternyata telah terjadi pengadaptasian dari nama China ke nama Jawa. Nama Bong Ping Nang misalnya, kemudian terkenal dengan nama Bonang. Raden Patah yang punya julukan pangeran Jin Bun, dalam bahasa Cina berarti “yang gagah”. Raden Sahid (nama lain Sunan Kalijaga) berasal dari kata “Sa-It” (Sa = 3, dan It = 1; maksudnya 31) sebagai peringatan waktu kelahirannya di masa ayahnya berusia 31 tahun.
Buku ini mencoba memotret lebih jauh peranan yang dimainkan etnis China-Muslim dalam proses Islamisasi Jawa pada bentangan abad XV dan XVI. Buku ini menganalisis dan mengungkap sisi sejarah masa itu dan diharapkan dapat melunturkan persepsi sentimen serta rasa antiChina di dalam masyarakat Indonesia yang sudah lama tertanam.
Al Qurtuby, Sumanto - Personal Name
297.095982 ALQ a
979-97616-0-3
297.095982
Printed Book
Indonesia
Inspeal Ahimsakarya Press
2003
Yogyakarta
311 hlm
LOADING LIST...
LOADING LIST...